Saat ini, dunia kerja dipenuhi oleh talenta-talenta Generasi Y, atau
generasi yang lahir periode 80-an hingga 90-an. Generasi Y memiliki
karakteristik yang unik; tumbuh di tengah hiruk pikuk perkembangan
teknologi nirkabel. Generasi yang sangat akrab dengan internet dan media
sosial ini tidak takut perubahan, namun sering tidak sabar melalui
proses menuju perubahan itu sendiri. Mereka merupakan angkatan kerja
yang produktif, generasi andal, penuh kejutan dan ide-ide brilian.
CEO Karir.com Dino Martin mengungkapkan, “Mau tidak mau, suka atau
tidak, Gen Y kini makin mendominasi dunia kerja. Generasi ini menjadi
SDM yang dibutuhkan perusahaan, bahkan seringkali menjadi andalan dan
tulang punggung. Dalam lingkup kerja, mereka jelas memiliki karakter
yang berbeda dari generasi pendahulu. Untuk itu, mau tidak mau
perusahaan perlu melakukan penyesuaian agar bisa mengoptimalkan SDM yang
kian didominasi oleh Gen Y.”
Gen X sendiri adalah generasi yang lahir pada tahun 1965-1980 —
demografi, sejarawan dan komentator menggunakan tanggal lahir perang
dunia mulai dari awal 1960-an ke 1980-an. Istilah ini dipopulerkan oleh
Douglas Coupland tahun 1991 sebagai Gen X baru. Gen X dikenal memiliki
karakteristik yang mampu beradaptasi, mampu menerima perubahan dengan
baik dan dikatakan generasi yang tangguh serta memiliki karakter
mandiri, loyal dan pekerja keras.
Berdasarkan data Karir.com hingga November 2015, sebaran serta irisan
jabatan profesional pekerja kelompok Gen X (usia 34 tahun ke atas) dan
Gen Y (34 tahun ke bawah), serta analisis terhadap kompetisi kinerja
antara kedua kelompok menggambarkan persaingan—dengan potensi dan
keunggulan masing-masing—yang perlu disikapi secara cerdas oleh
masing-masing generasi.
Salary
Benchmark 1.2, sebuah instrumen pengukuran standar remunerasi bagi
pekerja profesional sebagai hasil rancangan dan inovasi Karir.com
bersama Kelly Services, diluncurkan 16 Desember lalu.
Platform ini dikembangkan dengan menambahkan fitur ‘Financial Tips,’
bekerjasama dengan Fokus Finansial, untuk membantu perencanaan keuangan
tenaga kerja profesional yang disesuaikan dengan besaran gajinya.
Dino menjelaskan “Sejak
online Oktober lalu di laman
Karir.com, fitur Salary Benchmark ini telah digunakan oleh lebih dari
9.000 tenaga kerja Indonesia. Berbagai inovasi fitur yang kami hadirkan
menjadi bukti nyata komitmen Karir.com dalam mendampingi para tenaga
kerja Indonesia di sepanjang perjalanan karirnya.”
Dino juga menambahkan bahwa fitur Salary Benchmark 1.2 merupakan
penyempurnaan dari Salary Benchmark yang sebelumnya dilengkapi ‘Career
Tips’; sebuah panduan langkah berkarir yang juga disesuaikan dengan
besaran gaji dan data yang diisikan, seperti posisi, industri dan lama
berkarir.
Tidak bisa dipungkiri, bagi sebagian besar orang, gaji dan jenjang
karir merupakan alasan utama berangkat ke kantor. Semangat dalam dada
terpompa penuh ketika teringat orang-orang tercinta yang menjadi
motivasi dan tujuan hidup.
Namun tentu saja gaji dan karir perlu strategi yang matang. Jangan
sampai Anda dibayar tidak sesuai pengalaman, kompetensi, atau gaji
pasaran di industri serupa. Begitu juga dengan jenjang karir.
“Dengan fitur ini, sebelum melamar di sebuah perusahaan, seseorang
sudah memiliki target berapa gaji yang akan mereka ajukan. Kalau selama
ini mereka kerap bingung dan hanya main tebak saja, sekarang mereka tahu
gambaran yang lebih baik,” ungkap Dino.
Dino menjelaskan bahwa kontribusi Salary Benchmark bagi tenaga kerja
Indonesia tak hanya sampai di situ saja. “Fitur ini sangat mendukung
seseorang dalam berkarir, dan inilah
objective kami dalam
setiap produk yang kami kembangkan; kami ingin seseorang tak hanya
memikirkan pekerjaannya saat ini namun juga karir ke depannya. Kami
ingin menemani seseorang dalam perjalanan karirnya. Seseorang harus
terus berkembang dan menambah ilmu seiring berjalannya waktu,”
ungkapnya.
Bagi Anda yang berumur 34 tahun atau lebih, terutama yang sudah
berkeluarga, tentu saja gaji merupakan hal pokok yang selalu mendapat
perhatian. Biaya dan kebutuhan belanja sehari-hari, pendidikan anak saat
ini hingga perguruan tinggi, jaminan kesehatan dan asuransi lainnya,
investasi, dan lain-lain, pastinya Anda tidak ingin hal-hal tersebut
terbengkalai karena tidak dapat mengelola gaji dengan tepat.
Menurut Dino, Salary Benchmark ditujukan bagi siapa saja yang ingin
mengetahui gaji ideal yang bisa diperoleh tiap bulan. Tak terkecuali Gen
X. Penggunaan Salary Benchmark sendiri sangat mudah. Setelah memasukan
data yang diperlukan, gaji Anda akan tampil di Salary Meter dengan 5
zona gaji: di bawah market, di bawah dalam market, di tengah (atau
rata-rata), di atas dalam market, atau di atas market. Kelima zona ini
menjadi panduan untuk mengetahui kisaran gaji Anda di industri yang
sama, tentunya sesuai dengan posisi dan lamanya Anda berkarir. Bagi Gen X
yang telah mapan, tentunya hasil kisaran ini sangat berguna dalam
meyusun rencana gaji dan rencana keuangan jangka panjang.
Menurut CEO Fokus Finansial yang menyediakan tips finansial Salary
Benchmark, Rina Dewi Lina, perhitungan dan rencana keuangan perlu
dilakukan cermat sejak dini. Apalagi Gen X dikenal sebagai kelompok usia
yang mampu mengelola keuangan lebih baik dibanding Gen Y. Gen X dinilai
lebih matang dalam mengelola keuangan dan perencanaan atas harta yang
dimilikinya demi investasi masa depan. Hal ini tentunya tidak terlepas
dari faktor pengalaman yang panjang. Dengan Salary Benchmark, Gen X
mampu mengatur penghasilan tetap secara mandiri; suatu
skill yang perlu dimiliki di usia produktif.
“Fitur Salary Benchmark 1.2 hadir sebagai
bank of financial tips
yang membantu melatih tenaga kerja mengelola keuangan lebih bijak,
serta meningkatkan kemampuan finansial melalui perencanaan karir yang
lebih matang,” jelas Rina.
Pengguna yang sudah mencoba Salary Benchmark tak hanya berlomba-lomba
demi mengetahui gaji ideal yang seharusnya diterima, karena terdapat
juga
hadiah 1 unit Vespa S yang akan diundi pada pertengahan Januari 2016.
Hadiah ini menjadi
gimmick yang menggiurkan bagi pengguna.
Caranya pun mudah. Hanya dengan mengajak 5 orang menggunakan Salary
Benchmark, Anda berkesempatan memiliki Vespa S baru.
Mengenai Gen X sendiri, Dino menyarankan agar memiliki strategi
perencanaan pengembangan karir yang lebih baik dan jeli melihat peluang
bersaing dengan siapa pun, termasuk dengan Gen Y.
Data Karir.com menyebutkan, persaingan dan kompetisi jenjang karir
antara kedua generasi semakin ketat di bagian-bagian tertentu. Salah
satunya terlihat dari jumlah tenaga kerja yang lulus S-1. Presentasenya
bisa dikatakan seimbang. Gen X mencatat angka 64% dan Gen Y 62%.
Sementara itu, Gen Y yang menjabat sebagai Senior Staf juga porsinya
besar. Angkanya mencapai 22%. Hal itu mengalahkan Gen X yang mencatat
angka 18%. Hal ini menunjukkan bahwa masa atau periode pertumbuhan karir
Gen Y lebih progresif dibandingkan dengan Gen X, dan hal tersebut
terbukti dari terdapatnya irisan di beberapa tingkat jabatan.
Managing Director Kelly Services Bernadette Themas mengungkapkan,
“Pergerakan talenta di Indonesia tahun 2015 masih cukup agresif,
terlihat dari banyaknya perpindahan talenta dari satu perusahaan ke
perusahaan lain, baik dilakukan secara personal maupun melalui jasa
headhunter.
Sementara tawaran kompensasi masih menjadi daya tarik utama untuk
talenta dalam melihat tawaran kerja baru di samping alasan peningkatan
karir dan mencari tantangan baru. Walaupun pergerakan perekonomian
Indonesia sedang mengalami gejolak, kebutuhan akan talenta masih tetap
diperlukan terutama untuk industri Financial Service Institution,
Infrastruktur, E-Commerce, Teknologi dan Pertanian.”
Berdasarkan data Karir.com, industri seperti Komputer/Teknologi,
Pendidikan, Ritel dan Komunikasi terbukti menjadi sektor yang dianggap
sesuai dengan minat/karakter Gen Y. Gen Y tampak unggul di
pekerjaan-pekerjaan terkait teknologi, dimana berdasarkan jumlah
pengguna fitur, mereka mendominasi sebanyak 12%, mengalahkan Gen X yakni
sebanyak 9%. Gen Y yang lebih kritis, terampil dalam hal komunikasi,
cerdas dalam menggunakan teknologi dan piawai dalam kerja tim, menjadi
nilai tambah positif bagi sektor-sektor tersebut. Di usia yang masih
muda tidak heran jika karir Gen Y berkembang lebih pesat terutama di
bidang yang diminati dan di sektor-sektor primadona sesuai perkembangan
tren.
“Tenaga kerja dalam kelompok Gen X direkomendasikan perlu memiliki
strategi perencanaan pengembangan karir yang lebih baik dan lebih jeli
melihat peluang untuk dapat bersaing tidak hanya dengan rekan
segenerasinya. Sementara Gen Y disarankan untuk dapat beradaptasi dengan
lebih baik dan membangun karir secara lebih berkualitas dalam jangka
yang lebih panjang, sehingga dapat bersaing secara sehat dengan generasi
yang lebih senior,” tutur Dino.
Bernadette pun menambahkan, “Salary Benchmark ingin menyediakan
gambaran atau referensi bagi pengusaha dan pencari karir mengenai gaji
di Indonesia. Memberikan panduan dalam meningkatkan strategi
sourcing
bagi para pemimpin industri untuk bisa menarik karyawan ke
organisasinya, juga sebagai referensi untuk mempertahankan karyawan yang
mempunyai potensi besar di bidangnya.”
Ia juga menambahkan bahwa Gen X dan Y memiliki keunikan karakter
masing-masing. Meski demikian, kedua generasi perlu terus beradaptasi
dan mengasah keterampilannya agar mampu bersaing tidak hanya antar
kelompok generasi namun juga dengan tenaga kerja asing nantinya.
Sudah siap mengetahui peta karir dan gaji ideal di tahun baru ini? Jangan tunda lagi,
manfaatkan fitur Salary Benchmark 1.2 untuk rencana gaji dan karir yang lebih baik di 2016.
(advertorial)
sumber : TRIBUNNEWS.COM